Banyak dari kita yang menganggap bahwa nilai akademis anak di sekolah adalah yang terpenting, bahkan menentukan kesuksesan atau keberhasilan anak di masa depan. Namun cukupkah? Kalau kita hubungkan dengan persaingan di era teknologi dan perdagangan bebas ini, rasanya pandai dalam pelajaran saja belum cukup ya.. kita juga perlu kreativitas.

Faktanya, kreativitas tak lagi hanya berkaitan dengan bidang-bidang pekerjaan yang menyangkut seni, musik dan lagu, tarian, film, drama, periklanan, menulis cerita, namun juga dibutuhkan dalam hampir setiap pekerjaan. Seorang pemimpin perlu kreatif untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang muncul, tidak hanya memakai cara itu-itu saja. Seorang pengusaha perlu kreatif untuk menciptakan inovasi baru agar konsumennya bertambah. Seorang guru perlu kreatif untuk membuat pelajaran yang dibawakannya lebih menarik dan mudah diserap oleh murid. Bahkan seorang ahli matematika yang pekerjaannya berkaitan dengan angka pasti juga dapat menemukan rumus-rumus baru. Sehingga ya, kreativitas perlu dan bisa ditumbuhkan sejak anak masih kecil.

Paling tidak, ada 2 komponen penting dalam kreativitas. Pertama, berhubungan dengan sesuatu yang baru, unik, berbeda, belum pernah terpikirkan oleh orang lain sebelumnya. Kedua, dalam kreativitas ada hal konstruktif yang dihasilkan, apakah itu benda, ide, perilaku, ataupun solusi dari sebuah masalah. Mengapa yang dihasilkan harus konstruktif atau mengarah ke peningkatan? Karena apabila bersifat destruktif atau merusak, maka artinya kreativitasnya masih harus diarahkan.

Mari kita lihat bagaimana orang tua dan pendidik dapat menumbuhkan kreativitas anak sejak kecil ;

Usia 0-2 th

  • Usia ini ditandai dengan perkembangan fisik dan motorik yang pesat. Anak sadar ia dapat menyentuh, mendekat, menjauh, merasakan, dan sebagainya. Anak mulai mencoba mengeksplorasi dunianya dan mengamati apa yang bisa ia lakukan dengan obyek di sekelilingnya.
  • Cara menumbuhkan kreativitasnya adalah dengan memberikan kebebasan bereksplorasi. Biarkan anak memanipulasi benda-benda. Ijinkan ia mencoba melakukan hal-hal berbeda pada benda-benda itu, misalnya dielus, dilempar, dijatuhkan, ditepuk, digenggam, ditendang dan sebagainya. Anak akan melihat apa yang terjadi dan apa saja yang bisa dilakukan pada benda-benda tersebut. Tentu tidak semua benda dapat kita berikan, pastikan keamanan dan kebersihannya. Bila anak kita masih suka memasukkan benda-benda ke mulut, bersihkan mainan atau benda di sekitarnya sesering mungkin.
  • Selain memberikan kebebasan, kita juga perlu memberikan arahan. Misalnya anak kita memasukkan bola ke mulutnya (sebagai salah satu cara mengenali obyek), kita hentikan perilaku tersebut sambil menunjukkan bahwa bola bisa dilempar, bisa digulingkan, bisa ditendang, dan sebagainya. Pastikan kita memberi arahan tanpa membatasi kreativitas anak.

Usia 2-6 th

  • Pada usia ini perkembangan motorik, kognitif, serta emosi sosial anak sangat berkembang. Selain bereksplorasi dan memanipulasi obyek, mereka juga sudah memahami fungsi obyek, sebab-akibat atau logika sederhana, serta peran orang lain dalam lingkungan mereka. Anak-anak ini juga sudah bisa membayangkan dan berimajinasi.
  • Kita dapat menumbuhkan kreativitasnya dengan terus memberikan kebebasan bereksplorasi yang lebih terarah. Bukan hanya mengenali obyek tapi menciptakan sesuatu dari benda-benda. Menggambar, membuat istana pasir, atau merakit robot-robotan. Yang perlu kita tekankan adalah mereka boleh berimajinasi, misalnya bunga tak harus merah tapi boleh biru, robot tak harus berlengan 2 tapi bisa jadi punya lengan 4, biarkan mereka berimajinasi. Bermain peran juga akan sangat berguna dalam melatih kreativitasnya. Ajak mereka bermain menciptakan drama atau dialog antar tokoh, ajak mereka berpura-pura menjadi hewan favoritnya. Jangan lupakan mendongeng sebelum anak-anak tidur, kita juga bisa minta anak bergantian menceritakan dongeng versi mereka sendiri.
  • Kreativitas juga dapat muncul dalam bentuk penyelesaian masalah. Ajarkan pada anak bahwa terkadang ada lebih dari satu cara untuk menyelesaikan masalah. Misalnya untuk air yang tumpah, kita dapat menggunakan tisu jika tidak ada lap. Atau saat berebut mainan dengan adiknya, dia bisa mengusulkan “suit” untuk menentukan siapa yang bermain duluan atau bisa saja ia mencari alternatif mainan lain untuk ditawarkan ke si adik.

Usia 6-12 th

  • Sering disebut sebagai usia sekolah, kemampuan motorik dan kognitif anak semakin meningkat.
  • Banyak cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mengembangkan kreativitas anak. Salah satunya dengan mengijinkan anak mengatur/ mendesain kamar tidurnya sendiri, memasukkan anak ke les seni (jika anak berminat), dan sebagainya.
  • Selain orang tua, guru dan sekolah juga punya peran besar. Berikan contoh-contoh penyelesaian masalah dengan cara yang kreatif. Ajak anak untuk berpikir tidak seperti umumnya, misalnya dalam menyelesaikan soal pelajaran. Atau berikan anak tugas-tugas yang “open-ended” misalnya menggambar bebas, membuat tulisan bebas, membuat percobaan sains yang baru, dan sebagainya. Bahkan kita di rumah juga bisa menyerahkan kepada anak bagaimana ia ingin mengatur cara belajarnya, misalnya sambil mendengarkan musik, dengan menghias meja belajarnya agar lebih bersemangat, dan lain-lain.

Usia Remaja

  • Masa remaja adalah masa pencarian jati diri, begitu kita sering menyebutnya. Di usia ini, peran teman sebaya sangat besar, dan peran kita sebagai orang tua adalah lebih sebagai teman sekaligus pengawas.
  • Ajak remaja kita untuk bergabung ke ekskul atau berbagai komunitas untuk membuka wawasannya. Memfasilitasi mereka dengan banyak bacaan juga dapat membuat mereka berpikir lebih luas dari berbagai sudut pandang. Akhirnya dalam membuat atau menyelesaikan sesuatu, remaja kita punya lebih banyak ide dan pilihan cara.
  • Berikan perhatian dan dukungan yang mereka butuhkan agar kreativitasnya tak terkungkung.

Kreativitas ditumbuhkan melalui kebebasan. Bebas bereksplorasi dengan batasan/ arahan yang wajar (pertimbangkan faktor keamanan dan akibat yang ditimbulkan), bebas mengemukakan ide dan pendapat tanpa takut dianggap konyol atau bodoh, dan bebas mencari cara-cara lain dalam menyelesaikan suatu masalah. Tugas untuk menciptakan generasi muda yang kreatif dan sesuai tuntutan zaman terletak di pundak kita, para orang tua, pendidik, dan pemerhati anak.

Semoga bermanfaat 🙂