Anda kenal nama-nama EXO, Big Bang, atau BTS? Coba tanyakan kepada anak atau remaja Anda, bisa jadi mereka mengidolai sederetan boyband Korea tersebut.

Ya, sekarang yang menjadi demam dimana mana dan menyedot perhatian remaja-remaja kita adalah artis Korea, drama Korea dan boyband Korea. Selain tinggi, putih, ganteng, mereka pun berbakat menyanyi atau bersandiwara di televisi. Bahkan ketika mereka datang ke Indonesia, banyak sekali anak anak usia SMP dan SMA yang telah mengantri di bandara demi melihat artis artis korea melambaikan tangan ke mereka. Lirik-lirik lagu Korea pun sudah menjejali otak anak anak muda kita.

Fenomena itu adalah salah satu contoh dari banyak sekali aktivitas yang menjadikan anak anak kita hanya sebagai penikmat, dan menghabiskan waktu dan uang mereka yang berharga. Rasanya sayang kalau kita biarkan anak-anak kita terhanyut dalam banyak kegiatan yang kurang produktif dan akhirnya hanya jadi penonton di masa depannya kelak.

Masih ingatkah Anda dengan pendapat dari Ustadh Nouman Ali Khan, Ustadh populer dari Amerika Serikat? Ia pernah berkata bahwa kunci sukses seorang anak atau remaja adalah apabila kita sebagai orang tua berhasil membuat mereka sibuk. Yes, make them busy!

Apa Yang Menjadi Kuncinya?

Di dalam artikel Memilih Aktivitas Sesuai Minat dan Bakat Anak, kita mengetahui bahwa Passion (Minat) dan Talent (Bakat) adalah kunci mencarikan aktivitas yang sesuai untuk anak kita. Apabila kita berhasil menemukan aktivitas yang menjadi minat mereka, kemudian didukung dengan bakat mereka dan kelak dikemudian hari bisa memberikan penghasilan terbaik untuk mereka, maka aktivitas ini harus kita dukung dengan baik.

Peran kita dalam membantu memilihkan aktivitas yang sesuai sangat besar, dimulai dari “Do not expect” dan “Seek to understand before understood”. Jangan memaksa, karena setiap anak diciptakan unik dan kita perlu melakukan observasi untuk bisa menemukan minat dan bakatnya.

Tips kedua juga telah kita bahas di artikel bagian pertama tersebut, yaitu apabila orangtua dan anak sudah setuju apa kegiatan atau keahlian yang hendak diasah, maka tugas orang tua adalah mengasahnya dan memastikan anak mempunyai akses yang baik untuk bakat dan minat tersebut

Tips Ketiga, Keempat, dan Kelima

  • Ketiga, orangtua dapat menjadi role model/ panutan untuk anak tersebut. Apabila kita menginginkan anak untuk tidak banyak menonton televisi, maka kitapun harus menghindari televisi. Apabila kita ingin anak bangun pagi untuk kemudian berlatih olahraga, maka kita harus bangun pagi dan berolahraga. Apabila kita tidak ingin anak kita cepat menyerah dalam berlatih, maka kita harus berhenti mengeluh di depan anak, dan membuat diri kita sebagai pemberi solusi, bukan menempatkan diri sebagai korban (play victim).
  • Yang keempat, mempunyai visi bersama, walaupun tidak harus sama. Orangtua bisa memberikan target ke diri sendiri untuk belajar sesuatu yang baru dalam jangka waktu tertentu, supaya anak juga memenuhi waktunya untuk beraktivitas dengan belajar hal yang baru sesuai dengan passionnya.  Sebagai contoh, orangtua menargetkan untuk bisa berbahasa Arab dalam waktu dua tahun, namun anak juga diminta untuk sanggup berbahasa Inggris dalam waktu dua tahun. Orangtua juga bisa memberikan insentif berupa hadiah atau perayaan apabila berhasil mencapai target. “Begin with End in mind”, sebuah pernyataan dari Stephen Covey di buku 7 Habits of Highly Effective People mengemukakan bahwa kita harus memulai sebuah aktivitas dengan adanya tujuan, sehingga membuat kita selalu bersemangat setiap hari untuk meraih sesuatu yang baru. Bangun kebiasaan bersama sama dengan anak untuk menginvestasikan waktunya hari ini untuk sebuah tujuan di esok hari.
  • Dan terakhir, selalu menanamkan mental model bahwa sukses bukan sesuatu yang instan, namun sebuah pilihan. Stephen Curry, yang digelari Most Valuable Player (MVP) liga basketball Amerika Serikat (NBA) tahun 2015 berlatih selama 12 jam setiap harinya sejak dia di Sekolah Dasar, setiap hari sebelum latihan klub resmi dimulai dia sudah melakukan latihan shooting sebanyak 100-150 kali dan setelah latihan selesai, dia menambahkan 50 kali untuk menyempurnakan keahliannya. Practice makes perfect. Ayahnya, Dell Curry, adalah mantan pemain NBA yang bisa melihat bakat anaknya dan memasukkan ke sebuah klub basket. Pelatihnya sering memotivasi Stephen bahwa To be great people is a choice, you want to be an ordinary people then do what ordinary people do, if you want to be great people then it is your choice to practice like great people ! (Untuk menjadi seseorang yang hebat adalah sebuah pilihan, jika kamu ingin jadi orang biasa maka lakukan apa yang orang biasa lakukan, tapi apabila kamu ingin menjadi hebat maka lakukan latihan seperti yang orang hebat lakukan).

Insya ALLOH apabila anak anak kita melakukan hal yang sesuai dengan minat dan ditunjang dengan bakat mereka, dengan sendirinya mereka akan menghindari hal hal yang negatif dan pasif. Tanpa kita sadari mereka akan menjadi seorang enterpreneur, pendakwah, guru, atau atlet olahraga yang hebat dan kelak akan menjadi panutan orang banyak, apapun cita-cita mereka.