Keluarga modern zaman sekarang sering dihadapkan pada sempitnya waktu untuk berinteraksi. Biasanya karena pekerjaan dan kegiatan di luar rumah yang terlalu memakan waktu dan energi. Tak heran, banyak orang tua yang berusaha mengatur waktunya agar kuantitas yang sedikit itu bisa lebih berkualitas. Namun, tak cukup hanya orang tua yang mengatur waktunya, anak juga perlu diajarkan “time management”. Mengapa?

Kebutuhan anak-anak untuk mengatur waktunya berkaitan erat dengan kualitas hubungan dalam keluarga. Kedua orang tua memiliki kegiatan dan kewajiban sendiri, misalnya bekerja (di kantor maupun di rumah), begitu pula anak-anak, misalnya sekolah, les, bermain, dan lainnya. Apabila waktunya tidak diatur maka dapat mengurangi frekuensi maupun intensitas interaksi antara orang tua dan anak. Contoh: saat Ayah pulang kantor di sore hari, anak sedang bermain di luar rumah. Ayah dan anak jadi tidak punya waktu berinteraksi yang cukup. Contoh lain, anak tidur terlalu malam dan malas-malasan saat bangun pagi sementara di pagi hari ibu juga harus siap-siap bekerja. Akibatnya Ibu marah-marah karena terburu-buru. Waktu yang tidak “fit” ini tidak hanya mengurangi waktu berkualitas, namun juga dapat menimbulkan masalah-masalah lain.

Dengan pengaturan waktu, anak-anak memiliki struktur yang membuat mereka lebih mudah memperkirakanapa yang akan  terjadi. Kemampuan merencanakan, memprediksi, hingga mengantisipasi, membuat mereka tahu apa yang diharapkan dari mereka dan perilaku apa yang dapat mereka tampilkan. Alasan lainnya, kemampuan mengatur waktu sejak awal dapat membuat mereka menjadi orang dewasa yang efisien dan lebih terorganisir.

Keterampilan mengatur waktu ini sudah bisa diajarkan sejak kecil yaitu dengan membuat jadwal harian (daily routine). Berikut ini beberapa pedomannya:

  1. Buatlah daftar kegiatan harian anak mulai dari bangun tidur di pagi hari sampai tidur kembali di malam hari. Letakkan di tempat yang mudah dilihat anak.
  2. Anak-anak usia batita yang belum mengenal huruf dan angka bisa dibuatkan jadwal dalam bentuk gambar. Misalnya waktu makan diwakili dengan gambar piring dan sendok, waktu mandi dengan gambar sabun dan shampoo, waktu bermain dengan gambar boneka atau mobil-mobilan. Cobalah menempelkannya di dinding kamar secara berurutan. Mereka belum perlu diajari tentang konsep jam, misalnya jam 1, jam 12, dan seterusnya, namun tidak ada salahnya menyebutkan range waktu untuk kegiatan tertentu. Misalnya, sambil menunjukkan gambar piring dan sendok kita dapat mengatakan, “Sekarang kita akan makan, waktunya 20 menit ya” atau “Adek, kita punya 1 jam untuk bermain bebas, yuk pilih mau main apa.”, sambil menunjukkan gambar boneka atau mobil-mobilan.
  3. Selalu sebutkan nama kegiatannya setiap kali pergantian waktu. Misalnya, “Karena kamu sudah selesai mandi, sekarang kita bisa sarapan deh” dengan menunjukkan gambar jadwal yang terpasang di dinding.
  4. Lakukan daily routine dengan konsisten, baik urutannya maupun durasinya.
  5. Agar anak tidak bosan, variasikan kegiatannya, namun jangan mengubah urutannya. Misalnya jika kita sudah menentukan setelah mandi, anak bisa makan, baru bermain, maka berikan pilihan yang berbeda-beda saat bermain. Misalnya hari ini bermain peran, besok bermain play dough, hari berikutnya boleh bermain bola. Namun ingat, bermain tetap dilakukan setelah anak selesai makan.
  6. Untuk anak-anak yang lebih besar yang sudah mengenal huruf, jadwal harian dapat diberikan dalam bentuk tulisan dan kombinasi gambar, dan ajak anak ikut menyusun jadwal mereka.
  7. Apabila ada perubahan jadwal yang tiba-tiba, segera informasikan ke anak mengapa jadwalnya berubah dan katakan bahwa besok akan kembali lagi seperti semula. Apabila memang sudah ada rencana kegiatan lain dari jauh-jauh hari, anak bisa diberi tahu sejak beberapa hari sebelumnya.
  8. Kalau ibu bekerja, maka bisa maksimalkan di morning activity. Selalu bangun 15-30 menit lebih awal agar bisa menyiapkan segala sesuatu sebelum anak sekolah, misalnya mandi lebih dulu, menyiapkan air hangat untuk anak mandi, sarapan, seragam, dan sebagainya. Sarapan bersama dan mengantar anak ke sekolah juga bisa dimanfaatkan untuk ngobrol dengan anak.