Bicara soal remaja memang tidak akan ada habisnya ya Sahabat CC. Ada aja yang bikin orang tua menjadi galau atau khawatir mengenai si remaja yang mulai makin mengeksplor dirinya. Mungkin Sahabat CC pernah atau seringkali mendengar keluhan dari orang tua “anakku sekarang mulai menjauh”, “sekarang ga bisa dipeluk-peluk lagi”, “Aduh khawatir deh gimana ya ingin tau, tapi suka dibilang kepo”, “anakku jadi sering marah-marah tiap dikasih tau” dan masih banyak ungkapan lainnya yang mengeluhkan renggangnya hubungan dengan remaja dan sulit menjalin komunikasi dengan remaja.

Apa sih yang terjadi?

Tentu pubertas yang menjadi ciri khas nya remaja mempengaruhi. Adanya perubahan hormonal dan fisik berpengaruh pada seperti apa remaja merespon lingkungannya. Ia menjadi lebih sensitive dan seringkali tidak percaya diri pada bentuk tubuhnya, baca pula artikel kami tentang body image pada remaja. Secara biologis, ternyata ciri khas dari remaja adalah bagian amigdala di otak menjadi lebih aktif dan volumenya meningkat. Amigdala ini berfungsi dalam mempersepsi emosi. Nah sementara bagian korteks prefrontal nya berkembang lebih lambat, dimana ini berfungsi untuk mengambil keputusan secara rasional. Artinya ketika ada suatu kejadian, bagian otak yang lebih cepat merespon adalah emosi dibandingkan berpikir rasional. Sehingga, remaja pada umumnya banyak mengambil keputusan atau menentukan tindakan berdasarkan emosinya dan masih sulit untuk berpikir jangka panjang mengenai konsekuensi dari tindakannya. Jadi wajar sekali ketika mereka lebih sensitif secara emosional, misalnya saat ditanya oleh orang tua mereka langsung merespon dengan nada tinggi dan merasa sedang diinterogasi.

Prinsip Pola Asuh dan Pendidikan

Beberapa pekan lalu, 2 November 2021 Children Cafe diundang oleh MTs. Sekolah Cinta Ilmu untuk mengisi Seminar Parenting bersama dengan para orang tua murid. Kegiatan ini dihadiri oleh 71 Orang Tua Murid yang terdiri dari Ayah/ Bunda dari murid kelas VII-IX. Meskipun ini adalah seminar parenting pertama yang diadakan oleh MTs. Sekolah Cinta Ilmu, namun berbagai program dan kegiatan bimbingan/ pembekalan bagi orang tua telah sering dilaksanakan. Seminar parenting ini direncanakan menjadi kegiatan rutin yang bertujuan untuk memfasilitasi orang tua mendapatkan ilmu mengenai pengasuhan utamanya pada remaja.

Ilfan Dradjat (photo: dokumentasi Children Cafe)

Kegiatan dibuka oleh Kepala Madrasah MTS. Sekolah Cinta Ilmu, Bapak Ilfan Dradjat, S.S, MBA., yang mengangkat fenomena renggangnya hubungan antara orang tua dan remaja. Saat ini remaja lebih senang dan nyaman untuk bercerita pada teman-temannya dibandingkan dengan orang tuanya. Padahal menurut Bapak Ilfan penting untuk orang tua bisa menjadi sosok yang dipercaya oleh anak untuk bercerita secara terbuka. Harapannya lewat kegiatan seminar parenting, orang tua dapat belajar bagaimana menjalin relasi agar anak remaja menjadi nyaman untuk bercerita pada orang tua.

Narasumber kali ini adalah Kori Dyah Wiratikta, salah satu psikolog dari Children Café. Dalam paparannya, psikolog yang akrab dipanggil Kori ini menyampaikan sebuah prinsip penting yang perlu kita ingat “Orang tua berperan sebagai penanggung jawab tunggal atas keberlangsungan hidup anak di dunia dan akhirat”.

Berbeda dengan guru yang tanggung jawabnya selesai bersamaan dengan masa sekolah anak, namun tidak untuk orang tua. Pola asuh yang diberikan dapat membentuk karakter seseorang, anak berpotensi untuk menerima kebaikan dan keburukan. Sehingga Kori menambahkan, yang penting adalah mengasuh anak dengan cinta dan logika. Cinta berarti memberi rasa aman dan nyaman, memberi kesempatan untuk anak melakukan kesalahan. Lalu logika berarti memberi pengalaman sebanyak mungkin pada anak bahwa setiap tindakan yang ia lakukan selalu ada konsekuensinya.

Tips Membangun Komunikasi Asyik dengan Remaja

Kori Dyah Wiratikta (photo: dokumentasi Children Cafe)

Seiring dengan komunikasi yang semakin efektif, tentu hubungan orang tua dan remaja pun akan baik. Kori membagikan beberapa tips supaya anak bisa terbuka kepada kita:

  • Empati. Fokus pada perasaan yang dirasakan oleh anak. Refleksikan dan tunjukan secara verbal bahwa kita memahami mereka, misalnya “Pasti sedih ya diperlakukan seperti itu”
  • Jangan hujani dengan pertanyaan. Saat mereka sedang emosi tunggu mereka tenang, bukan langsung menghujani dengan banyak pertanyaan
  • Dengarkan. Kuncinya adalah mendengarkan, yuk kita tahan dulu respon, komentar, kritik, atau nasihatnya. Dengarkan maksud anak dan kembali lagi empati
  • Kualitas > Kuantitas. Ciptakan waktu yang berkualitas dengan anak, meskipun sebentar namun ajak ia ngobrol santai tentang berbagai topik atau hal yang sedang ia sukai
  • Tetap “update” dengan kegiatan anak. Jangan sampai kita tertinggal hal yang sedang dilakukan oleh anak, meskipun jauh tetap tahu hal terbaru yang sedang ia senangi ataupun kesulitan yang ia hadapi, usahakan pula untuk bersahabat dengan teman-temannya
  • Perhatikan Bahasa non verbal saat kita berbicara. Bukan hanya soal kata-kata, tetapi nada suara yang tidak meninggi, kontak mata yang hangat, senyuman, Bahasa tubuh terbuka, sentuhan, serta ekspresi wajah menjadi penentu komunikasi berjalan dengan baik. Kita perlu mengendalikan ekspresi wajah untuk selaras dengan ucapan.  

Itu dia Sahabat CC beberapa tips supaya agar komunikasi dengan si remaja jadi lebih asyik. Ingat untuk mengajarkan bagaimana cara berpikir, bukan apa yang harus dipikirkan. Selamat mencoba!

——————————————–

House photo created by gpointstudio – www.freepik.com

Kontak kami di sini untuk informasi seminar/ kelas parenting bersama Children Cafe.