Pada artikel mengenai perilaku adaptif sebelumnya, kita membahas tentang komponen-komponen perilaku adaptif secara umum. Namun kali ini kita akan mengkhususkan pada anak-anak dengan kondisi autis.

Kebetulan setiap tahunnya, tanggal 2 April ditetapkan sebagai World Autism Awareness Day. Peringatannya berlangsung selama 1 minggu, di mana di tahun ini jatuh pada tanggal 1-7 April 2019.

Source: treadtopic.com

Untuk menyegarkan ingatan kita, komponen perilaku adaptif meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan sosial, dan kemandirian dalam kehidupan sehari-hari.

Autis sendiri ditandai dengan hambatan dalam komunikasi dan interaksi sosial. Hambatan ini dapat mengarah ke kemandirian dan kemampuan anak untuk menyelesaikan masalah yang ia temui sehari-hari. Tampak jelas bahwa perilaku adaptif menjadi bagian penting dalam penanganan anak autis. Banyak orang tua yang cemas apakah anaknya dapat hidup mandiri tanpa bantuan orang lain, apalagi jika orang tua tidak lagi dapat mendampingi.

Sekelompok peneliti dari King’s College London menemukan hubungan antara kemampuan sosial dengan perilaku adaptif pada orang-orang autis. Penelitian ini melibatkan 417 orang berusia 6 – 31 tahun. Kesimpulannya, semakin buruk skor mereka dalam tes kemampuan sosial, semakin mereka bermasalah dalam kemampuan adaptif, terutama keterampilan sehari-hari. sumber

Pada penelitian lain, perilaku adaptif tidak berhubungan secara langsung dengan IQ (tingkat kecerdasan), namun lebih berkaitan dengan kemampuan sosial dan kemandirian sehari-hari. sumber

Ditemukan pula beberapa faktor lain yang berkaitan dengan tingkat perilaku adaptif pada anak-anak autis, diantaranya kemampuan sensoris, fungsi-fungsi eksekutif, dan usia.

Itulah mengapa para ahli dan para praktisi merancang berbagai bentuk terapi untuk membantu anak- anak autis meningkatkan kemampuannya dalam perilaku adaptif. Mari kita lihat beberapa diantaranya:

1.Terapi ABA (Applied Behavioral Analysis)

Terapi ini memerlukan bantuan terapis bersertifikat. Pada dasarnya anak diajari untuk meningkatkan kemampuan komunikasi, sosial, akademik, hingga adaptif dengan prinsip motivasi dan konsekuensi.

Source: http://www.achildwithneeds.com

2. Terapi RDI (Relationship Development Intervention)

Prinsip dasar RDI adalah membangun hubungan dengan anak terlebih dahulu (istilahnya adalah guiding relationship). Orang tua memegang peran kunci sebagai pendamping anak, mereka harus fokus dalam menyiapkan anak menghadapi tantangan di kehidupan nyata. Selain itu diharapkan anak juga akan memiliki tujuan hidup yang bermakna ke depannya.
Untuk mendapatkan gambaran awal tentang RDI, silakan simak video ini.

3. Terapi Son-Rise

Dalam terapi ini, syarat pertama bagi orang tua adalah sepenuhnya menerima kondisi anak. Orang tua-lah yang harus menyelami dunia anak, mereka harus mengikuti perilaku dan cara anak melakukan sesuatu. Anak akan merasakan kehangatan dan kedekatan, ia akan merasa diperhatikan, dirangkul, dan dicintai. Setelah tercipta hubungan dan komunikasi dengan anak, barulah orang tua dan terapis mengajarkan keterampilan yang spesifik.
Berikut ini adalah ulasan singkat tentang terapi Son-Rise.

Demikianlah Sahabat CC, beberapa terapi yang dapat membantu anak-anak autis untuk meningkatkan kemampuannya dalam perilaku adaptif. Dalam memilih terapi kita juga perlu mempertimbangkan banyak faktor karena autisme berbentuk spektrum sehingga kondisi anak kita bisa jadi tidak sama dengan anak lainnya. Sebaiknya konsultasikan dengan psikolog atau ahlinya sebelum menjatuhkan pilihan. Semoga bermanfaat!

Foto artikel: Photo by Pragyan Bezbaruah from Pexels