Sahabat CC, memiliki buah hati tentunya merupakan impian bagi banyak orang tua. Kehadiran anak yang sering kali membawa keceriaan dan kegembiraan pasti sangat dirindukan di tengah-tengah keluarga. Kebahagiaan jelas terpancar dari orang tua dan bahkan keluarga besar lainnya saat menyambut kelahiran bayi. Tapi, apakah sahabat CC menyadari bahwa ternyata setelah melahirkan, Ibu bisa merasakan beragam emosi mulai dari kegembiraan, kecemasan, stress, bahkan depresi? Loh, mengapa kegembiraan menyambut buah hati bisa menimbulkan stress bahkan depresi? Kondisi depresi tersebut ternyata biasanya diawali dengan gejala baby blues. Apa itu baby blues? Mari kita simak penjelasan berikutnya ya.

Baby Blues dan Post Partum Depression

Baby blues atau postpartum blues merupakan suatu kondisi yang mungkin muncul saat seorang ibu sulit atau tidak berhasil menyesuaikan diri terhadap pola kehidupan akibat proses kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan. Sebagian ahli menyatakan bahwa baby blues merupakan depresi tingkat ringan yang ditandai dengan perubahan emosi yang cukup signifikan, seperti merasa sedih, mudah lupa, sensitif, sering menangis, cemas, bahkan stress ketika bayi lahir. Gejala lainnya diantaranya munculnya perasaan kehilangan dan dipenuhi dengan tanggung jawab, kelelahan, kurangnya konsentrasi, mudah tersinggung, serta gangguan pola makan dan tidur (Perry et al, 2010). Kecemasan yang timbul biasanya didasarkan pada kekhawatiran bahwa Ibu tidak bisa merawat bayinya dengan baik. Baby blues biasanya muncul pada hari pertama sampai hari ke-14 setelah proses persalinan dengan gejala memuncak pada hari kelima.

Gejala Baby blues mirip dengan gejala postpartum depression, hanya saja lebih ringan dan singkat. Gejala baby blues juga tidak sampai membuat ibu kehilangan kemampuan untuk mengasuh anaknya atau melakukan kegiatan sehari-hari. Baby blues seringkali dianggap sebagai kondisi yang wajar dialami Ibu pasca melahirkan, sehingga cukup banyak kasus yang tidak tertangani dengan baik dan kemudian berkembang menjadi Postpartum Depression.

Postpartum Depression itu sendiri sering kali disalahartikan sebagai Baby Blues, padahal sebenarnya gejalanya lebih berat dan lebih lama hingga bisa membuat ibu kehilangan kemampuan untuk bisa merawat bayi dan kesulitan untuk mengerjakan tugas sehari-hari. Gejalanya biasanya muncul di minggu-minggu pertama pasca melahirkan, tetapi tidak menutup kemungkinan gejalanya sudah muncul sejak kehamilan, atau bahkan hingga setahun setelah melahirkan.

Mengapa Terjadi Baby Blues?

Secara medis, perubahan hormon yang terjadi selama kehamilan bisa membuat suasana emosi Ibu berubah-ubah. Namun secara psikologis, pemicu munculnya Baby Blues adalah faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor Internal

Faktor internal berkaitan dengan kondisi pribadi Ibu, mulai dari cara berpikir, tipe kepribadian, dan keterbukaan diri. Cara berpikir ibu dalam menghadapi situasi pasca melahirkan misalnya apakah Ibu berpikir bahwa perubahan tubuh setelah melahirkan atau biaya perawatan anak merupakan hal yang menakutkan. Tipe kepribadian juga berkaitan dengan apakah Ibu cukup tangguh untuk menghadapi peran baru sebagai Ibu. Sedangkan keterbukaan diri misalnya apakah ibu dapat menerima saran dari lingkungan mengenai cara merawat bayi.

Ibu yang baru melahirkan menghadapi situasi yang cukup kompleks. Penambahan peran dan tanggung jawab baru sebagai Ibu, pilihan karir yang bisa terpengaruh pasca kelahiran bayi, kelelahan fisik pasca persalinan, luka operasi yang membekas, kurangnya jam tidur karena harus menyusui, atau ASI yang sulit keluar pasca melahirkan, merupakan sebagian dari banyaknya situasi yang bisa saja dialami oleh Ibu pasca melahirkan. Oleh karenanya ketangguhan pribadi Ibu sangat berpengaruh apakah Ibu bisa mengatasi situasi tersebut atau justru situasi tersebut kemudian menimbulkan tekanan yang mengarah pada kondisi baby blues.

Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah kondisi di luar diri Ibu yang dapat mempengaruhi kondisi psikologis Ibu dalam menghadapi peran baru setelah melahirkan, terutama lingkungan terdekat Ibu. Beberapa contoh faktor eksternal adalah dukungan dari lingkungan sosial, tekanan sosial, dan kondisi ekonomi keluarga. Dukungan dari lingkungan sosial dapat berupa dukungan emosional, materi, atau pemberian motivasi dari orang-orang terdekat. Tidak adanya dukungan bisa berpotensi membuat ibu stress. Namun sayang tidak jarang juga kita temui lingkungan sosial juga justru memberikan tekanan kepada Ibu sehingga Ibu merasa harus sempurna. Tekanan sosial lainnya muncul dari prasangka lingkungan misalnya dengan menganggap pemberian susu formula merupakan kegagalan Ibu dalam merawat bayi karena tidak memberikan ASI eksklusif. Atau penilaian bahwa persalinan secara normal lebih baik dari persalinan Caesar. Selain itu faktor lainnya yang bisa memicu stress pada Ibu pasca persalinan adalah kondisi ekonomi. Besarnya biaya untuk melahirkan dan merawat bayi bisa menjadi beban tersendiri bagi Ibu.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Memiliki anak mengharuskan adanya persiapan yang matang, tidak hanya bagi Ibu, tapi juga Ayah dan keluarga terdekat. Kesiapan Ibu menghadapi proses kehamilan dan persalinan harus dimiliki, oleh karenanya Ibu perlu memiliki banyak informasi yang tepat mengenai proses kehamilan dan persalinan. Lingkungan sosial pun memiliki peran yang cukup signifikan terhadap kondisi psikologis Ibu, oleh karenanya dukungan dari lingkungan pun tetap diperlukan demi membantu Ibu terlepas dari tekanan-tekanan sosial yang bisa memperburuk kondisi psikologis Ibu. Berikut ini beberapa tips bagi Ibu dan lingkungan terdekat Ibu dalam menghadapi proses persalinan maupun pasca persalinan:

Tips Bagi Ibu

  1. Cobalah untuk berpikir positif dan menilai tantangan sebagai sesuatu yang bisa dihadapi. Pikiran yang positif akan membuat Ibu lebih merasa berdaya untuk bisa menghadapi peran baru.
  2. Berupaya untuk menerima kondisi perubahan fisik ataupun psikologis pasca persalinan.
  3. Siap dengan pilihan karir dan tanggung jawab finansial pasca persalinan. Sering kali ibu merasa dilema setelah persalinan apakah kemudian akan melanjutkan karirnya atau fokus untuk merawat anak. Diskusikan bersama pasangan mengenai konsekuensi dari keduanya sehingga ibu tidak perlu lagi terlalu mengkhawatirkan mengenai karir atau kondisi finansial.
  4. Berolahraga agar tubuh lebih fit dan ikuti aktivitas relaksasi seperti yoga, meditasi, atau journaling.
  5. Tetap produktif dalam berkegiatan seperti biasa (jika tidak ada gangguan medis berarti).
  6. Bangun support system yang kuat, baik dengan suami maupun keluarga terdekat.
  7. Mengetahui akses untuk mendapatkan bantuan kesehatan mental dan jangan sungkan meminta bantuan profesional untuk mendapatkan saran, bimbingan, dan pengobatan yang tepat, entah psikolog, psikiater, dan lainnya.

Tips Bagi Lingkungan Sosial

  1. Hindari memberikan pertanyaan yang bisa membuat Ibu tidak nyaman seperti mengapa memberikan susu formula atau mengapa tidak melahirkan secara normal. Kita tidak pernah mengetahui apa dampak psikologis yang dirasakan Ibu saat mendapatkan pertanyaan tersebut.
  2. Tawarkan bantuan kepada Ibu. Menjalani peran sebagai Ibu baru tidaklah mudah, oleh karenanya tidak ada salahnya menawarkan bantuan kepada Ibu, sesederhana menawarkan bantuan untuk mengasuh bayi selama Ibu mandi dan makan.
  3. Memberikan hadiah kepada Ibu. Seringkali kebahagiaan menyambut kehadiran bayi berbanding lurus dengan banyaknya hadiah yang diperuntukkan kepada bayi. Tidak ada salahnya jika sesekali kita memberikan hadiah yang memang ditujukan kepada ibu seperti baju menyusui atau voucher pijat pasca persalinan.
  4. Memilih waktu yang tepat jika akan memberikan saran atau nasihat yang berkaitan dengan pengasuhan bayi. Jika Ibu terlihat sedang lelah atau bahkan tertekan, sebaiknya tunda untuk memberikan saran atau nasihat. Tunggu sampai kondisi Ibu membaik dan gunakan cara yang tepat misalnya sambil menikmati camilan bersama dan sisipi dengan humor.
  5. Perhatikan kondisi Ibu, apakah mendapatkan asupan gizi yang cukup atau waktu tidur yang cukup. Sering kali kewajiban merawat bayi sepanjang waktu membuat Ibu sulit untuk mendapatkan waktu untuk dirinya sendiri, bahkan sekedar untuk mandi atau makan. Tidak ada salahnya siapkan makanan bergizi, susu, atau suplemen yang dibutuhkan Ibu selagi ibu sibuk merawat bayi.

Sahabat CC, ternyata tidak hanya ibu saja yang perlu mempersiapkan diri menghadapi persalinan tetapi juga lingkungan terdekat pun harus bersiap memberikan dukungan. Ibu juga ternyata perlu waktu untuk diri sendiri agar kesehatan mentalnya pun tetap terjaga. Silahkan kunjungi artikel berikut ini untuk mendapatkan tips lebih banyak bagi ibu untuk mendapatkan me time: https://www.childrencafe.com/4-cara-mendapatkan-me-time-untuk-ibu/

Referensi:

Rahmadani, Amalia, dkk. (2007). Strategi Penanggulangan (Coping) Pada Ibu yang Mengalami Postpartum Blues Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang from  https://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/download/206/133

Sumber Gambar:

Image by fancycrave1 from Pixabay