Beberapa hari lagi adik sepupu saya akan merayakan ulang tahunnya yang ke-17. Yang repot justru ibunya, sibuk bertanya konsep acara seperti apa ya yang cocok untuk anak-anak seusia itu.

Masa remaja memang tahap perkembangan yang unik dan perlu perhatian khusus. Meski semua orang tua pernah merasakan jadi remaja, namun nyatanya banyak yang masih bingung menghadapi anak remaja mereka.

Seorang psikolog yaitu Erik Erikson menulis bahwa konflik yang dialami oleh remaja adalah “identity vs role confusion”. Remaja sedang mencari jati diri, ditandai dengan pertanyaan “Siapa saya?” dan “Apa yang akan saya lakukan dalam hidup saya?”.

Sebetulnya orang tua punya peran penting dalam proses ini, tapi sering tidak sadar bahwa remaja punya pola pikir dan cara yang berbeda dalam menemukan jati dirinya. Biasanya, orang tua memberi arahan dan batasan berdasarkan apa yang dianggap baik dan sesuai untuk anaknya, sementara remaja justru ingin mencoba banyak hal di sekelilingnya. Terbayang ya, remaja ingin punya kontrol sendiri atas pilihan mereka sementara orang tua malah semakin protektif dan memberikan batasan. Mereka jadi lebih nyaman dan tergantung pada teman sebaya dibandingkan dengan orang tua. Jadi tak heran kalau konflik antara remaja dan orang tua sangat mungkin terjadi.

Nah, ada beberapa hal praktis yang bisa dilakukan orang tua untuk bersahabat dengan remaja:

  • Pertama, pahami dulu bahwa remaja ingin punya kontrol terhadap keputusan mereka. Maka orang tua bisa memberikan pilihan-pilihan alternatif yang tidak saling bertentangan. Kemukakan keuntungan dan konsekuensi dari setiap pilihan dan berikan kesempatan pada remaja untuk mengambil keputusan.
  • Remaja lebih senang bercerita kepada teman sebayanya karena merasa dipahami. Untuk mendapatkan rasa percaya dari remaja dan membuat mereka merasa nyaman saat bercerita, orang tua perlu berempati. Dengarkan ceritanya dengan penuh perhatian dan cobalah memahami masalahnya dari kacamata mereka, sehingga kita dapat memberikan masukan yang sesuai pola pikir remaja. Penilaian sepihak, perintah, atau larangan yang diberikan tanpa mempertimbangkan sudut pandang mereka malah akan membuat remaja merasa terlalu dikontrol dan akhirnya tidak ingin bercerita lagi kepada orang tuanya.
  • Ciptakan waktu yang berkualitas dengan remaja saat di rumah. Orang tua harus mengetahui minat dan hobi remajanya sehingga bisa melibatkan diri dalam kegiatan bersama atau paling tidak menunjukkan perhatian dan dukungan terhadap minat tersebut. Nah, selain hobi dan minat, orang tua juga tidak boleh ketinggalan zaman. Selalu update wawasan tentang budaya dan hal-hal yang sedang jadi tren saat ini agar anak remaja kita merasa kita adalah sumber informasi baginya jika ada hal-hal yang ingin ia ketahui.

Dengan melakukan hal-hal di atas, orang tua dapat lebih dekat dengan anak remajanya begitupula sebaliknya. Kedekatan dan kehangatan hubungan antara orang tua dengan remaja tak hanya dapat menghindarkan konflik tapi juga mencegah remaja terjerumus ke dalam masalah-masalah emosi dan sosial yang kerap terjadi di usianya. Selamat bersahabat dengan remaja Anda.