Pemerintah telah resmi mengumumkan tahun ajaran baru tetap dimulai pada bulan Juli 2020. Hanya 6% sekolah tingkat PAUD, SD, dan SMP yang berada di zona hijau sehingga boleh melakukan pembelajaran dengan tatap muka langsung. Sisanya sebanyak 94% berada di zona kuning, oranye, hingga merah sehingga wajib melakukan pembelajaran jarak jauh alias school from home.

Artinya sebagian besar anak-anak kita masih akan menghabiskan lebih banyak waktu di rumah. Dalam kondisi demikian, gadget menjadi andalan orang tua dalam mengisi waktu anak agar mereka tidak bosan dan tetap memiliki aktivitas. Salah satu kegiatan yang umum dilakukan anak dengan gadgetnya yaitu menonton video.

Ingatkah Anda bahwa di artikel sebelumnya kita membahas mengenai pemilihan kanal video bagi anak-anak usia prasekolah? Nah Sahabat, pada artikel ini kita akan membahas mengenai anak-anak yang duduk di bangku sekolah dasar (SD) atau berusia 6-12 tahun.

Screen Time Bagi Anak Usia 6-12 tahun

Jika WHO merekomendasikan waktu 1 jam untuk anak-anak usia 2-6 tahun, maka untuk anak usia 6-12 tahun Australian 24 Hours Movement Guidance merekomendasikan waktu maksimal 2 jam dalam sehari. Waktu 2 jam ini termasuk berinteraksi dengan hp, tab, laptop, maupun televisi, intinya semua peralatan yang membuat anak hanya fokus ke layar saja.

Pembatasan waktu ini bukannya tanpa alasan. Bermain gadget membuat anak lebih banyak diam tidak bergerak dan fokus hanya pada layar saja. Akibatnya mereka kehilangan banyak kesempatan untuk mengembangkan kemampuan motorik, emosi, hingga sosialnya.

Namun Sahabat, bagaimana dengan kondisi school at home saat ini? Kemungkinan anak-anak berinteraksi dengan gadgetnya tentu akan semakin besar. Memang di era digital ini, gadget sebaiknya dilihat sebagai media untuk membantu menstimulasi anak, bukan melulu sebagai musuh perkembangan. Karena bagaimanapun, anak-anak akan tertinggal bila mereka tidak akrab dengan gadget. Apalagi masa pandemi ini membuat mereka harus belajar jarak jauh, dan mau tidak mau akan sangat mengandalkan gadget.

Karena itu, jika penggunaannya untuk proses belajar dan menyelesaikan tugas sekolah, maka kita dapat memberikan toleransi. Para ahli kesehatan mata menyarankan aturan 20–20–20. Yaitu setelah 20 menit memandang layar, istirahatkan mata dengan memandang obyek yang jauhnya sekitar 20 kaki (6 meter) selama 20 detik. Pada anak-anak kita bisa membantu dengan mengingatkan atau memasang alarm. Lebih baik lagi jika setelah 20 menit menatap layar, anak beristirahat 5 – 10 menit untuk meregangkan tubuh dan bergerak.

Pedoman Memilih Kanal Video Yang Tepat Untuk Anak SD

Bagaimana jika anak ingin menonton video melalui gadgetnya? Tentu kita harus berhitung ya sudah berapa lama anak melihat layar untuk belajar. Jika masih ada waktu tersisa, perbolehkan ia untuk menonton video yang ia sukai.

  1. Pilih kanal yang mengandung muatan nilai moral dan etika. Menurut Miftahul Hayati, psikolog dan kontributor Children Cafe, usia SD ditandai dengan meningkatnya kemampuan kontrol diri dan semakin luasnya lingkungan yang mereka hadapi. Untuk itu mereka sudah dapat diberikan tontonan yang memberikan teladan dan pesan moral yang dapat mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Pilih kanal yang berisi pengetahuan umum/ populer untuk mengasah kepekaan anak terhadap lingkungan di sekitarnya. Tidak mau kan anak kita bagaikan katak dalam tempurung?
  3. Kanal yang interaktif dan membuat anak berpikir juga dapat menjadi pilihan. Perhatikan isi dari video, apakah menimbulkan rasa ingin tahu dan anak ingin mengeksplorasi lebih jauh, atau membuat anak hanya pasif mendengarkan saja.
  4. Prioritaskan video yang menunjukkan anak berinteraksi dan beraktivitas dalam kelompok daripada yang beraktivitas sendiri. Di usia 6-12 tahun, kemampuan sosial anak berkembang pesat dan mereka perlu banyak berinteraksi dengan orang lain. Interaksi sosial sekaligus membuat anak belajar tentang bahasa dan komunikasi, konflik dan problem solving, persahabatan, kompetisi dan kolaborasi, dan masih banyak lagi.
  5. Pilih video berdurasi 15 – 45 menit sesuai dengan usia anak. Pada umumnya anak kelas 1 SD sudah dapat berkonsentrasi selama 15 menit, sedangkan anak kelas 6 SD hingga 45 menit.
  6. Dampingi anak jika mereka ingin bertanya atau kita ingin mengetahui sejauh mana anak memahami apa yang mereka tonton.

Sahabat, berdasarkan beberapa pedoman di atas, berikut ini beberapa kanal video di Youtube yang dapat kita coba:

  • Majalah Bobo. Sangat up to date, setiap hari selalu ada postingan baru. Banyak pilihan konten yang bisa dipilih, seperti dongeng, pengetahuan populer dan trending, misalnya soal corona, gerhana matahari, dan sebagainya. Ada pula komik singkat yang sudah ada sejak zaman kita kecil dulu, seperti Bobo, Bona Gajah Kecil, Oki dan Nirmala, dan lain-lain.  Kanal ini juga berafiliasi dengan channel Cerita Anak, Majalah Mombi, dan XY-Kids Channel.
  • Dongeng Kita. Agar anak kita mengenal dongeng-dongeng tradisional Indonesia, kanal ini berisi cerita rakyat dari berbagai daerah. Jangan khawatir, anak kita tak akan bosan karena selain dilengkapi animasi 2 dimensi yang sederhana, videonya juga menggunakan voice over dan musik yang sesuai. Diupdate 2-3x seminggu, ada pula beberapa dongeng berbahasa Inggris bekerjasama dengan salah satu lembaga pelatihan bahasa inggris terkemuka. Bonusnya, ada konten-konten juga tentang pakaian adat nusantara, lagu daerah, dan sebagainya. Dongeng juga menjadi salah satu media menanamkan teladan dan nilai moral pada anak.
  • Anak Muslim, Komik Alkitab Anak, dan Buddhist Song Indonesia adalah beberapa kanal khusus pendidikan agama untuk anak-anak. Berisi berbagai cerita tentang Tuhan, nabi, dan nilai-nilai moral di ajaran agamanya. Ada pula yang menyajikan lagu-lagu religi. Untuk anak-anak beragama Hindu sayangnya tak ada kanal khusus yang kami temukan, namun di kolom pencarian ada beberapa video yang bisa ditemukan.
  • Ini budi. Sebagai salah satu contoh kanal pelajaran yang cocok untuk anak SD. Coba buka playlist Guru Berbudi, akan kita temukan beberapa tema pelajaran yang menarik dan disertai contoh-contoh. Ada juga pengetahuan populer misalnya tentang beda antiseptik dan disinfektan, tentang covid-19, dan lainnya.
  • Video Pelajaran Sekolah K13. Nah, kalau ini memang tentang pelajaran di sekolah. Kita dengan mudah akan menemukan playlist yang disesuaikan dengan tingkat kelas anak kita mulai dari kelas 1 – 6 SD. Bahkan untuk kakak-kakaknya yang SMP atau SMA juga ada lho, Sahabat. Uniknya, setting video memang menampilkan pembelajaran langsung di kelas oleh guru-guru dari berbagai daerah di Indonesia. Bahkan ada juga kelas inklusi untuk ABK (Anak Berkebutuhan Khusus).

Sebagai awal, kanal video di atas bisa menjadi patokan. Setelah mengeksplorasi tentu Anda akan menemukan banyak video lain yang lebih sesuai dengan minat masing-masing anak. Anda juga dapat memanfaatkan fitur pengawasan orang tua ya, Sahabat. Biasanya disebut parental guide atau parental control. Dengan demikian, kita lebih tenang saat anak kita menonton video dengan gadgetnya.

Photo by Ketut Subiyanto from Pexels