Dalam kesehariannya, seorang anak menghadapi beragam situasi yang membuatnya merasakan warna warni emosi. Bisa saja karena ia jatuh, takut ditinggal ibu, lelah atau mengantuk, atau menginginkan mainan tertentu. Beberapa anak tampak lebih mudah ditenangkan sedangkan yang lain menunjukkan warna emosi yang lebih kuat secara intensitas, durasi, dan dari seringnya emosi negatif muncul. Hal ini dipengaruhi oleh:
- Situasi yang dihadapinya
- Faktor biologis yaitu temperamen
- Faktor pengasuhan orang tua
Orang tua memiliki peran penting dalam mengatasi bad mood atau emosi negatif pada anak. Di tahun pertamanya, seorang bayi memiliki kemampuan untuk mengatur durasi, kuat atau lemahnya ekspresi dan juga frekuensi emosinya. Tentu saja bentuknya masih potensi pada anak, sehingga ia masih sangat tergantung pada orang tua atau orang dewasa lain untuk mempelajarinya. Tindakan pengasuh ini akan mempengaruhi syaraf-syaraf yang bertugas dalam mengelola emosi. Atau bisa dikatakan, sejak dini, orang tua dapat melatih anak untuk mengendalikan emosinya. Karena dengan bantuan orang tua, bayi berlatih mengelola emosi dan menurunkan hormon stresnya.
Setelah mengetahui perkembangan emosi pada anak, apabila kita ingin mengatasi bad mood pada anak, ternyata dapat dilakukan sedini tahun pertama kehidupannya. Di tahun berikutnya, penguasaan bahasa anak semakin baik. Ia sudah mampu memahami situasi dan mengenali emosi-emosi yang dirasakan. Dengan kemampuannya ini, ia semakin mampu mengendalikan emosinya.
Apabila dilihat dari karakteristik dan perkembangan anak, orang tua atau orang dewasa lain memiliki beberapa peran dalam menghadapi bad mood pada anak. Peran-peran itu adalah :
- Mengembangkan pemahaman anak akan emosi dan pengaruhnya pada situasi dan lingkungannya
- Mengembangkan regulasi emosi anak dengan menjadi pelatih emosi anak
- Mengembangkan kemampuan untuk mengatasi masalah dengan emosi yang lebih positif.
Topik ini pernah dibahas dalam talkshow Litehouse Family di Radio K-Lite FM Bandung. Selamat mendengarkan.
